Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Cara Membuat Buku Catatan Harian Untuk Cerita Fiksi

Banyak orang memiliki buku catatan harian. Mengapa? Buku catatan harian sendiri bermanfaat untuk mencatat kejadian yang sudah dilakukan. Biasanya, penulisan kejadiannya dilakukan per hari. Mereka akan menulis sesuatu yang pernah dialami di hari ini juga dengan mencari titik menariknya. Bagaimana bila kejadiannya tidak menarik? Kemungkinan mereka akan melewatkan kisah, cerita yang pernah dialami. Bagi penulis catatan harian ulet, mereka akan melakukan penulisannya setiap hari. Setelah lama menulis catatan harian, di momen tertentu, biasanya mereka akan membuka kisah lama mereka lewat catatan harian yang sudah dibuat.


Lalu bagaimana cara membuat buku catatan harian alias diary? Sebenarnya, cara membuat buku ini tidak memiliki standar bakunya. Mengapa? Buku catatan harian adalah buku pribadi bahkan pemilikinya bisa merahasiakan isisnya sehingga tidak ada satu orang pun yang bisa mengetahui isi bukunya. Biasanya ada buku khusus yang disertai kunci agar jauh lebih aman merahasiakan isinya. Namun, karena menulis buku catatan harian berkaitan erat untuk kepentingan menulis cerita fiksi, alangkah baiknya cara penulisan buku diary lebih condong bergaya cerita. Artinya, penulis buku ini memberikan narasi, opini, dialog dan lainnya seperti yang biasa terisi dalam cerita fiksi. Di samping itu, tujuan penulisannya memang diperuntukkan sebagai referensi menulis novel atau cerpen.

Di sini akan menjelaskan cara penulisan buku catatan harian sesuai informasi yang beredar di internet dan melakukan pengkaitan pembahasan untuk kebutuhan berkarya cerita fiksi dalam hal ini membuat buku novel.

Mulailah Menulis Catatan Harian Tentang Anda Di Hari Ini Juga

Penulisan kisah, cerita, pengalaman hidup anda harus ditulis sekarang juga, hari ini juga. Hal ini penting dilakukan guna memudahkan penulisan yang bisa melibatkan rasa dan pemikiran. Artinya begini. Ketika ada kisah menarik di hari ini juga, anda bisa melakukan penulisan di malam hari atau seketika itu juga. Apalagi penulisan buku catatan harian anda memang digunakan untuk kebutuhan penulisan cerita fiksi. Kisah, cerita, pengalaman yang baru dialami jauh lebih bisa menggambarkan kondisi perasaan daripada mengendapkan terlebih dahulu dalam jangka waktu lama.

Lagi pula, anda membutuhkan penulisan yang menghadirkan dialog-dialog sesuai fakta kalimat yang anda. Biasanya, penulisan dialog jauh lebih sulit dituliskan sesuai fakta kalimat yang pernah dikeluarkan. Bayangkan bila anda membutuhkan dialog yang sesuai sesuai keaslian kalimat pengucapan untuk kebutuhan penulisan fiksi, apa yang harus anda lakukan bila tidak ingat keaslian kalimatnya? Jadi, anda harus mencatat lebih awal bentuk-bentuk kalimat dialognya daripada yang lainnya.

Kedetailan Dalam Menjelaskan Kondisi Dalam Buku Catatan Harian Anda

Dalam hal ini, anda harus aktif mengamati segala macam detail kehidupan yang tengah anda alami. Bila sedang berada di sekolah, anda harus memperhatikan detail sekolah, bagaimana kondisi pergaulannya, berapa jumlah orangnya dan bagaimana kondisi anda dilingkungan ini. Penulisan ini perlu pembiasaan agar bisa dengan mudah mengimplementasikannya di dalam penulisan cerita fiksi. Bisa jadi, penulis novel profesional sekelas Kang Abik terbiasa menulis catatan harian model seperti ini selama di Mesir sampai akhirnya bisa menghidupkan suasana luarnegeri di dalam novel dengan kemampuan menulisnya. Tentu, anda bisa bisa melakukannya.

Terpenting anda jangan meremehkan suatu terlihat remeh-temeh seperti lekukan tembok, warnanya dan sebagainya. Biasanya, pembahasan detail seperti ini sering dilupakan sekalipun dalam penulisan novel. Memang, inti utama pembahasan bukan persoalan lekukan tembok atau kursi berwarna cokelat. Anda tetap membahas yang menjadi inti utama cerita seperti perkelahian pelajar, misalnya. Tetapi, penulisan kedetailan mengenai jumlah tonjokkan dan lainnya tetap harus dijelaskan dalam catatan harian anda.

Banyak penulis novel atau cerpen kurang dalam menghadirkan kedalaman setting alias latar, watak dan lainnya. Hal itu bisa terjadi karena penulis kurang terlatih menulis sesuatu dengan detail berdasarkan pengalaman hidupnya. Cara melatihnya, penulis bisa menulis catatan harian.

Mengapa harus melalui penulisan catatan harian agar terlatih menggambarkan detail kondisi lingkungan sekitar yang anda alami? Hal ini untuk kebebasan pembahasan. Bisa saja anda langsung menulis di dalam bentuk karya cerpen atau novel. Tetapi penulisan novel atau cerpen membutuhkan penyesuaian antara latar, alur dan lainnya. Anda tidak bisa sembarangan memasukkan hasil pengalaman anda ke dalam karya tulis novel atau cerpen. Maka dari itu, anda bisa melatih penulisannya di dalam catatan harian.

Dalami Beberapa Orang Yang Menjadi Fokus Pembahasan Di Dalam Buku Catatan Harian

Mengapa ada penulis buku catatan harian yang merahasiakan isi bukunya? Bisa jadi pembahasannya menyangkut orang-orang terdekatnya, baik pembahasan negatif atau positif. Mereka bisa malu, marah atau lainnya pada seseorang yang sengaja membaca isi buku catatan hariannya. Bagaimana bila isisnya menyangkut hal yang paling private? Bagaimana bila orang yang telah membaca bukunya tidak bisa menjaga rahasianya? Bisa jadi penulis buku ini akan sangat malu yang berujung kemarahan. Bagaimana bila ternyata sosok yang ditulis mengetahui isi dari buku penulis? Kalau pembahasannya positif, sosok ini akan merasa senang. Bila ternyata pembahasannya negatif, sosok ini bisa jadi marah besar.

Seperti yang sudah anda ketahui, catatan harian berhubungan langsung dengan target kehidupan orang-orang khususnya orang terdekat penulis. Kalau bukan persoalan membahas orang, manusia dan kehudupannya, lantas membahas apa?

Tetapi, alangkah baiknya, penulis buku catatan harian memiliki kode etik sendiri demi menjaga orang lain dari pembahasan yang tidak etis. Kapanpun, buku catatan harian alias diary berpotensi bisa terbuka isinya. Dengan mengetahui dan mematuhi standar kode etik yang wajar bila buku catatan harian diperlihatkan di depan publik, anda tidak perlu khawatir bila suatu saat buku catatan harian alias diary terbuka dan terbaca orang lain. Sekalipun pun membahas sisi negatif seseorang, pembahasannya masih dianggap wajar.

Pembahasan buku catatan harian yang berfokus mendalami beberapa orang biasanya berfokus pada karakter. Tentunya, karakter yang dimaksud lebih kepada ciri khas mereka dalam menjalani rutinitas kehidupan. Pendalaman karakter inilah yang dibutuhkan dalam penulisan cerita fiksi. Tentunya, pembahasan karakter mengharuskan apa adanya. Pembahasan karakter yang apa adanya inilah yang harus anda perhatikan dengan standar kode etik. Minimal, anda tidak membawa emosi negatif dalam penulisan karakter seseorang yang tidak disukai oleh anda.

Catat Semua Waktu Kejadian Dalam Buku Catatan Harian Anda

Penulisan kejadian yang berdasarkan waktu memang penting diperhatikan. Anda harus mencatat kapan tarwuran antar pelajar di sekolah terjadi. Ketika anda mencatat waktu kejadiannya, lantas digunakan untuk kebutuhan fiksi novel misalnya, penulisan alur dan lainya akan mengalir dengan logis. Barangkali, anda mau menulis novel berdasarkan pengalaman hidup anda, berhubungan dengan sejarah kelam masa lalu di masa sekolah. Sangat logis penjelasannya bila anda memasukkan kisah lalu dengan kisah sekarang berdasarkan urutan waktu yang ada.

Ambil Kesimpulan Dari Menulis Catatan Harian

Sebenarnya, apa sih tujuan lain anda menulis catatan harian? Apakah sekedar pencatatan kisah hidup anda agar tidak lupa dikemudian hari? Apakah sekedar untuk kebutuhan membuat cerita fiksi? Apa lagi selain ini? Bila cerita fiksi memiliki nilai atau pesan yang sengaja diangkat oleh penulis, kenapa catatan harian tidak mengikuti kepentingan yang sama seperti menulis cerita fiksi? Bila seperti ini, apakah anda mau memiliki tambahan tujuan dalam menulis catatan harian yang akan dijadikan referensi membuat buku cerita berupa fiksi?

Bila tidak mau menyia-nyiakan dalam penulisan di buku catatan harian, anda harus mengangkat sebuah pesan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan anda. Tentunya, ini juga sebagai ajang latihan memberi atau mengangkat sebuah pesan dalam penulisan cerita fiksi. Sebagian besar penulis kesulitan menentukan nilai atau pesan ceritanya di saat sudah tahap mahir merangkai kata. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tidak ada kata lain melainkan mereka jarang melatih diri dalam penulisan yang mengangkat sebuah nilai atau pesan dalam penulisan.

Kesimpulan

Gaya penulisan catatan harian dengan cerita fiksi seharusnya ada kesamaan. Gaya penulisan catatan harian untuk membuat cerpen bisa menghidupkan penulisan cerita fiksi karena berdasarkan pengalaman rill si penulis. Begitu juga dalam gaya penulisan cerita fiksi, hal ini bisa membuat kreatif dalam menulis catatan hariannya.