Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa Tujuan Menulis Buku Cerita Bagi Anda?

Apakah anda memiliki tujuan menulis buku cerita? Tujuan menulis bisa hadir sebelum penulisan. Ibaratnya, anda seperti berencana pergi ke Bandung. Sebelum berangkat ke Bandung, anda sudah memiliki tujuan bepergian. Bila tidak memiliki tujuan pergi ke Bandung, anda patut mempertanyakan kondisi kesehatan pikiran anda. Jadi, tujuan adalah arah gerakan suatu benda. Anda memiliki gerakan menulis buku cerita fiksi berdasarkan arah gerakan yang sudah ditentukan.

Sumber: sastra-sekura.blogspot.com

Saya ingin bertanya lagi, apa tujuan anda menulis buku? Bila masih belum bisa menjawab, anda patut mempertanyakan kesehatan pikiran dan perasaan anda. Padahal anda sudah menemukan spesifikasi penulisan yakni dalam menulis buku cerita. Lantas, mengapa anda tidak memiliki tujuan dalam menulis cerita? Saya percaya bahwa anda sudah menemukan tujuan menulis buku cerita namun belum mengarah pada tujuan yang lebih berkualitas. Seperti halnya tujuan pergi ke bandung, belum tentu anda menuju pada perjalanan yang berkualitas seperti proyek bisnis, pendidikan dan sebagainya. Anda memiliki tujuan pergi ke Bandung hanya untuk membeli cilok atau cireng, misalnya. Bila dikaitkan dengan menulis, kemungkinan anda masih memiliki tujuan yang sifatnya standar seperti sekedar mencurahkan pikiran harian anda.

Seorang penulis profesional harus memiliki beberapa tujuan yang berkualitas terbaik. Tentunya, tujuan ini bermanfaat sebagai motivasi menulis anda agar menghasilkan karya yang jauh lebih baik. Bila memang anda belum memiliki tujuan yang layak sebagai tujuan penulis profesional, saya akan menjelaskan bagaimana tujuan menulis buku cerita yang mungkin berkualitas untuk anda sendiri.

Memenuhi Kualitas Tujuan Menulis Menurut Para Ahli

Banyak ahli bahasa atau penulisan yang memberikan pandangan seputar tujuan. Namun di sini saya akan menjelaskan tujuan menulis sesuai pandangan Syafie’ie, Hugo Harting dan juga Nurhadi. Dari pemahaman kedua ahli yakni Syafi’i dan Husto Tarigan, saya menyimpulkan bahwa tujuan menulis adalah memberikan pengaruh atas pembaca. Anda menulis suatu ide pemikiran bertujuan agar si pembaca terpengaruh, baik mendapatkan motivasi atau pemahaman. Bagaimana dengan pendapat sang ahli yakni Nurhadi? Di sini penulis akan berfokus pada tujuan menulis sesuai buku Handbook Of Writing karya Nurhadi (2017 : 12-13).

1. Tujuan Menulis Berdasarkan Fungsi Bahasa

Bahasa memiliki manfaat tersendiri sesuai kebutuhan. Jadi, bila bahasa diwujudkan dalam penulisan, ada beberapa manfaat yang juga dijadikan dalam tujuan menulis.

Menulis bertujuan untuk menyampaikan informasi, seperti menulis berita, artikel ilmiah dan juga menulis buku. Di sini, penulisan buku cerita termasuk dalam kategori menyampaikan informasi. Hanya saja, buku cerita ada yang bersifat informasi fiktif seperti novel dan cerpen. Menulis juga bisa untuk memelihara hubungan sosial seperti menulis surat dan sejenisnya.

Menulis bertujuan untuk menciptakan atau memelihara hubungan sosial tidak masuk dalam pembahasan buku cerita. Tetapi, hal ini berlaku bila si penulis menulis atas dasar menjawab pertanyaan seseorang seperti yang pernah dilakukan Imam Syafi’i dalam buku Arrisalah-nya.

Menulis bertujuan untuk mengatur perilaku orang lain. Apakah Anda pernah mengetahui tata-tertib sekolah atau kampus? Pastinya anda pernah melihat dan membaca aturan yang berbentuk tulisan ini. Hal ini sebagai contoh menulis bertujuan mengatur perilaku orang lain. Ada berbagai macam bentuk tulisan semacam ini.

Menulis bertujuan untuk menyatakan pendapat. Hal ini hampir senada dengan tujuan menulis berupa penyampaian informasi. Namun pengungkapan pendapat ini lebih kepada opini yang mungkin bersifat pemikiran bebas belaka. Anda bisa melihat surat pembaca, tajuk rencana atau lainnya untuk mengetahui penulisan berdasarkan pernyataan pendapat.

Menulis bertujuan untuk mengungkapkan kreatifitas imajinasi seseorang. Dalam menulis, penulis bisa menyampaikan informasi seputar ilmu atau lainnya. Namun, dalam menulis novel, cerpen atau sejenis karya fiksi lainnya, penulis bisa menyampaikan kreatifitas imajinasinya. Cerita fiksi lebih mengunggulkan kreatifitas imajinasi. Sebenarnya, penyampaian kreatifitas imajinasi bentuk lain dari penyampaian informasi. Hanya saja, informasinya bercampur fiktif. Anda tidak boleh mempercayai informasi yang disampaikan. Tetapi, anda bisa mengambil nilai dari informasi yang disampaikan cerita fiksi untuk kebutuhan perenungan atau hal lainnya yang bernilai pemanfaatan.

Berdasarkan pembahasan di atas, bagaimanakah pemahaman tujuan menulis buku cerita? Tentunya, anda tinggal menyesuaikan berdasarkan beberapa tujuan menulis di atas. Tujuan menulis buku cerita, fiksi atau nonfiksi tentu memiliki kekhususan tersendiri dalam tujuannya.

Setelah ini, tujuan menulis apa yang sekarang?

2. Tujuan Menulis Berdasarkan Kepentingan Penulis

Pembahasan ini masih mendasarkan pada pendapat Nurhadi dalam buku yang sama (2017: 13).

Menambahkan pemahaman menjadi tujuan. Jelas, tulisan harus mendasarkan pada pemanfaatan. Bila anda menulis, manfaat apa yang akan didapatkan? Tentu, seputar pembahaman yang akan didapatkan para pembaca. Masalahnya, disini ada pemahaman mengenai upaya memahami rangkaian bahasa dan ada juga upaya memahami kebenaran sebuah pemaparan tulisan. Maka dari itu, anda harus memenuhi keduanya. Jangan sampai pembaca hanya memahami dalam hal kebahasan tetapi jauh dari kebenaran informasi.

Tujuan menulis juga bisa berupa upaya mengubah keyakinan. Biasanya, penulisan seperti ini untuk melawan teori lama atau meluruskan informasi yang tidak benar. Dalam menulis buku cerita, hal ini tidak berlaku karena sifatnya yang imajinatif fiktif. Tetapi, buku cerita fiksi masih memiliki kepentingan juga dalam merubah keyakinan lewat penulisan fiksinya.

Bila anda bergerak dalam penulisan buku cerita fiksi seperti novel, tujuan menulis berupa upaya untuk menyenangkan atau menghibur pembaca bisa dianggap sesuai. Novel atau karya fiksi lebih dominan mengandung hiburan walaupun lebih condong pada novel bergaya pop. Tetapi, pada dasarnya novel lebih untuk hiburan sambil mengambil nilai dari sebuah ceritanya.

Kalau tujuan menulis untuk memotivasi dan mempengaruhi pembaca, tentu hal ini bisa dilakukan. Masalah besar kadar motivasi atau pengaruh tulisan, ini masalah lain yang bisa diserahkan kepada kemampuan penulis.

Seorang ilmuan sudah pasti seorang penulis. Mengapa? Mereka meneliti sesuatu harus mengandalkan jurnal agar pemikiran, penemuan tercatat dengan baik. Pada akhirnya, mereka akan membuat artikel ilmiah yang mengungkap hasil penemuan yang diklain baru. Inilah tujuan menulis yaitu memberikan informasi terbaru. Bagaimana dengan menulis buku cerita, baik fiksi atau nonfiksi? Pada dasarnya penulisan membutuhkan warna baru, informasi baru. Bila tidak baru, bagaimana tidak dianggap plagiasi? Tetapi mungkin yang dimaksud informasi terbaru adalah kreasi pemikiran seorang penulis yang menghadirkan sesuatu informasi yang baru.

Pada akhirnya, tulisan memberikan efek tersendiri pada kemajuan pikiran. Ketika membaca tulisan, pikiran mereka secara otomatis terangsang. Jadi, tujuan menulis bisa untuk merangsang pemikiran alias merangsang proses berpikir.

Pada intinya, tujuan menulis khususnya menulis buku cerita banyak jalan tujuan. Tentunya, tingkatan kualitas tujuan menulis berbeda-beda

Setelah membahas tujuan menulis buku cerita berdasarkan pendapat para ahli khususnya pendapat Nurhadi, saya akan membahas tujuan menulis buku cerita berdasarkan apa yang saya alami dan berdasarkan kualitas terbaik menurut pandangan saya. Dalam hal ini, saya memfokuskan pada pembahasan tujuan menulis buku cerita saja.

Tujuan Menulis Buku Cerita Berdasarkan Kuadran Penghasilan

Apakah menulis buku cerita tidak dibolehkan memiliki tujuan untuk mendapat penghasilan? Pada dasarnya, tujuan ini hanya mengikuti saja. Ketika banyak orang yang membaca buku cerita karya anda, hal ini mempengaruhi tingkat penghasilan anda. Jadi, alangkah baiknya tujuan mendapatkan penghasilan menjadi tujuan tambahan saja.

Mengapa mendapatkan penghasilan dari menulis buku cerita hanya sekedar tujuan tambahan? Banyak penulis berfokus menerbitkan buku demi mendapatkan uang. Padahal, tulisan mereka masih dianggap belum layak terbit. Ujungnya, mereka malas menulis buku tahap berikutnya padahal sudah memiliki modal menulis buku. Seadainya berfokus pada tujuan membangun banyak berkarya, mereka tidak akan menyerah menulis walaupun tulisannya selalu ditolak penerbit atau belum layak terbit.

Menulis buku ibaratnya kopi sedangkan penghasilan adalah gula. Bila mau menikmati kopi,anda harus memakai gula. Tetapi, anda tetep memiliki tujuan menikmati kopi bukan menikmati gula. Apakah anda sudah paham maksudnya? Jadi, tujuan menulis berupa mendapatkan penghasilan adalah pemanis untuk menikmati karya tulis hasil perjuangan yang sangat melelahkan.

Lalu apa saja kuadran penghasilan sebagai tujuan menulis buku cerita?

1. Kuadran Bekerja

Bila penulis dikatakan bekerja di bidang penulisan, hal ini memang sudah kenyataan. Apalagi, penulisan tidak sekedar kreatifitas pengetikan kata semata. Penulisan juga membutuhkan berbagai informasi sehingga ada pekerjaan lain selain bekerja menulis. Ketika penulis menghasilkan banyak karya buku, ini pertanda sudah bekerja secara maksimal dan profesional. Alasannya, pembuatan buku membutuhkan beberapa skill yang tidak main-main.

Dari situlah penulis akan mendapatkan penghasilan. Penghasilan pekerja tentu tidak dengan cara berjualan. Penulis akan mendapatkan royalti atau sejenisnya. Penulis tidak perlu susah-payah mengatur permodalan, marketing, penjualan dan operasional lainnya.

2. Kuadran Bisnis

Banyak penulis yang merangkap menjadi pebisnis buku. Tentu, mereka menjual buku karya mereka sendiri. Biasnya, penulis melakukan penerbitan secara mandiri alias self publishing. Karena sudah menjadi ahli dalam penulisan dan dunia penerbitan, mereka membuat penerbitan sendiri. Lagi pula, pembangunan penerbitan buku tidak sesulit yang kita bayangkan. Jadi, penulis bisa dengan mudah merangkap membangun penerbitan.

Bagi orang yang merasa kesulitan membangun penerbitan, bisa jadi mereka memikirkan mengenai percetakan bukunya. Padahal, perusahaan penerbitan dan percetakan adalah dua hal yang berbeda. Memang, beberapa perusahaan penerbitan besar memiliki percetakannya sendiri. Tetapi, ada banyak perusahaan penerbitan mengandalkan jasa percetakan buku.

Tugas penulis dalam jalur kuadran bisnis memikirkan seputar produk buku yang dianggap diminati banyak pasar. Ketika penulis berhasil menciptakan produk karya tulis sesuai selera pasar walaupun cuma 1 biji, hal ini bisa berpotensi meraih penjualan yang melimpah. Keuntungan bersih sekitar 10.000 dikali 2000 maka akan mendapat 20.000.000 per jenis buku.

Tujuan Menulis Buku Cerita Untuk Memanfaatkan Berbagai Cerita Berharga Anda

Setiap orang memiliki kisahnya masing-masing. Setiap orang pun memiliki kisah tidak berharga dan berharganya. Lantas, bagaimana bila seorang penulis memiliki banyak cerita berharga dari masa lalunya? Seperti yang sudah anda ketahui, kesuksesan seorang penulis buku cerita berawal dari memiliki banyak pengalaman bergarga. Contoh penulis yang berhasil melahirkan karya terbaik dari cerita hidupnya adalah Kang Abik dan Andrea Hirata. Jadi, bila memiliki banyak pengalaman berharga, anda bisa manfaatkan ini untuk membangun karya-karya terbaik. Sayang sekali, penulis memiliki banyak pengalaman berharga tetapi tidak ditumpahkan dalam buku cerita. Inilah tujuan menulis buku cerita.

Tujuan Menulis Buku Cerita Bisa Untuk Lebih Menyentuh Dalam Dakwah Kebenaran

Zaman Wali Songo dan setelahnya sangat terkenal dengan karya-karya berupa hikayat alias cerita-cerita orang yang memiliki pengaruh dan lainnya. Waktu itu sudah ada produksi pembuatan kertas. Masyarakat kaum pengikut kiai atau disebut mustami’ lebih memilih buku bacaan berupa cerita-cerita, baik yang fiksi atau tidak. Mereka juga berkarya membuat tulisan. Sebelum membuat karya tulis, masyarakat mustami’ belajar alias ngaji secara sama’i bersama sang kiai, alias mendengarkan pengajian. Makanya, sekarang kita lebih banyak disuguhi cerita-cerita fakta atau fiksi yang berasal dari mulut ke mulut. Pada intinya, pada masa itu, karya sastra sangat menjadi hal yang laku dipasaran.

Efek pemberian cerita seperti itu mampu menggerakkan semangat masyarakat dalam melawan penjajah pada waktu itu. Makanya, penjajah sangat gigih mengkebiri karya-karya warisan Wali Songo. Jangan heran bila sekarang disuguhi berbagai cerita yang hanya menghadirkan mitos, cerita bohongan. Dahulu kala, menurut Kiai Agus Sunyoto, penulis Atas Wali Songo, penjajah mereka-reka sejarah seperti sejarah Ken Arok dalam naskah Pararaton. Penjajah sepertinya sudah paham, mereka menyukai cerita-cerita. Ketika dibuat cerita bohongan dengan referensi jin, penjajah mengharapkan adanya perpecahan atau perlemahan dalam melawan penjajah.

Makanya, media pewayangan menjadi alasan tersendiri sebagai media dakwah agar bisa diterima masyarakat pada waktu itu. Medua pewayangan bentuk lain dari menyampaikan cerita-cerita berisi ajaran-ajaran kebenaran.

Hal di atas bisa menginspirasi penulis dalam membuat tujuan menulis buku cerita. Bila mau menjawab pertanyaan, “Apa tujuan menulis buku cerita?”, anda bisa menjawab bahwa buku cerita bisa lebih menyentuh dalam dakwah kebenaran.

Pembahasan di atas bisa anda dalami dalam buku Pesantren Studies 2A karya Kiai Ahmad Baso

Demi Tujuan Memaksimalkan Pembelajaran Anak, Buku Cerita Dibuat

Buku cerita bisa dianggap buku yang lebih dekat dengan anak-anak. Banyak anak menyukai komik mengindikasikan bahwa buku cerita memang dekat dengan anak. Belum masalah buku-buku cerita anak lainnya yang konten gambarnya seperti komik, tentu anak-anak pun menyukai ini. Biasnaya, bagi anak anak yang belum bisa membaca, isi buku lebih menonjolkan gambar-gambar. Memang, ada narasi berupa tulisan. Tentu, seorang ibu bertugas membacakan sebuah narasinya.

Seorang anak harus dikenalkan mengenai buku bacaan. Hal ini bisa merangsang otak si anak bila terbiasa melihat buku bacaan. Anak akan menjadi pembaca buku setia. Tentu, pembelajarannya diawali dengan menggunakan buku cerita karena efektif membangkitkan minat baca. Maka dari inilah, penulis membuat buku cerita khusus anak.

Masalah yang dihadapi penulis buku anak tentu yang bersangkutan dengan desain gambar. Apalagi komik, pembuatan desain gambar jauh lebih sulit lagi. Makanya, banyak penulis buku akan bekerjasama dengan desainer gambar khusus ilustrasi buku anak.

Kesimpulan

Usaha bakso bakar memang bisa disamakan dengan usaha sosis bakar. Bahkan usaha bakso bakar mengharuskan kolaborasi dengan sosis bakar agar menghasilkan variasi penjualan yang menguntungkan, bisa dengan teknik campuran dalam satu tusukan atau lainnya. Memang, usaha bakso bakar bisa berdiri sendiri. Tetapi, usaha bakso bakar masih dihantui dengan bakso kuah yang lebih unggul. Rata-rata penikmati bakso adalah mereka yang menikmati bakso kuah. Nah, bagaimana tentang menjalani usaha bakso bakar agar bisa menggantikan bakso kuah memang harus dipikirkan.