Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Menulis Buku Cerita Untuk Pemula 100% Berhasil

Penulis pemula harus percaya bahwa anda bisa membuat buku cerita dengan cara belajar menulis buku yang akan saya jelaskan. Terpenting, anda ada keinginan untuk “menyelesaikan” sebuah tulisan sampai dianggap sebuah buku. Kalau tidak ada keinginan, bisa jadi anda berhenti dijalan menghentikan proyek menulis. Itulah jaminan bahwa anda bisa membuat buku cerita walaupun masih pemula.

Sumber gambar: medium.com

Seperti yang sudah anda ketahui, atau mungkin anda belum mengetahui, buku dibagi menjadi dua pengertian. Pertama, buku yang bukan buku. Memang, anda menulis. Kalau dicetak bukunya, anda bisa menghasilkan karya buku. Tetapi, karena tulisan ini hanya sekedar kumpulan tulisan tanpa sebuah tema besar buku, anda hanya menghasilkan karya buku yang bukan buku. Kedua, buku yang memang buku. Ketika karya anda ditolak oleh penerbit yang konsisten menerbitkan “buku” bukan “buku yang bukan buku”, berarti anda membuat buku yang tidak masuk dalam standar buku. Standar buku yang dimaksud adalah memiliki kesimpulan dari buku yang ditulis. Penyimpulan buku menjadi sebuah hal yang wajib agar bisa dianggap sebuah buku. Artinya, penulisan buku memiliki tujuan tertentu.

Nah, dari dua jenis buku di atas, buku mana yang akan anda tulis? Berhubung saya akan menjelaskan seputar belajar menulis buku, anda tidak perlu memilih terlebih dahulu. Langkah awal yang perlu anda tekankan dalam belajar menulis buku adalah “kemauan untuk menyelesaikan” dalam standar buku. Standar buku yang seperti apa? Ada banyak standar buku yang bisa anda pilih seperti standar buku saku, standar buku novel, atau standar buku ajar. Maka, saya menyarankan anda mengawali pembuatan buku miniml pada standar buku saku. Ingat, buku saku yang bukan buku.

Bangun Sikap Kreatif Anda Dalam Belajar Menulis Buku

Anda mau bisa menulis buku? Anda berkeinginan menulis buku sekali tetapi langsung terkenal atau menulis buku puluhan kali? Mungkin, anda berkeinginan menulis sedikit saja namun langsung dikenal. Apakah ada? Bisa jadi ada kejadian yang seperti ini. Tetapi, sikap seperti ini tidak mencerminkan sikap kreatif. Sikap kreatif yang di maksud adalah mau berkarya tanpa henti. Jadi, anda harus memilih langkah menulis puluhan kali walaupun tidak ada yang terkenal sama sekali.

Sikap kreatif dibutuhkan dalam proses belajar menulis buku. Mengapa? Di samping sebagai motivasi menulis seumur hidup, sikap kreatif lebih mencirikan sikap untuk pembaruan. Penulis kreatif bisa diartikan orang yang selalu memikirkan tulisan yang baru, entah perbaikan atau pengembangan. Tetapi, penulis kreatif bukan seseorang yang menguasai suatu skill kekreatifan. Kekereatifan si penulis lebih kepada sikap. Artinya, si penulis selalu dan selalu menulis dengan ciri khasnya yang sebagai ‘kreatif’. Sikap inilah yang dibutuhkan khususnya bagi pemula yang baru belajar menulis buku.

Penulis pemula biasanya masih memiliki harapan instan atau sikap instan. Masalah instan ini harus dihindari dalam proses belajar menulis buku. Penghindaran atas masalah instan ini berangkat dari sebuah niat. Biasanya, penulis pemula memiliki beberapa niat yang menyimpulkan bahwa menulis buku terbaik harus instan. Penulis pemula boleh mengharapkan bisa publikasi karya, bukunya terkenal dan sebagainya. Tetapi, hal ini jangan dijadikan untuk membangun sikap atau harapan instan.

Bagaimana menghindari sikap instan dalam proses belajar menulis buku? Tentunya, penulis kreatif lebih mengupayakan kreatifitas dalam penulisan. Kreatifitas tidak ada istilah instan. Kalau kreatifitas ada istilah instan, definisi kreatif bukan mengarah pada pembaruan, mengarah pada sesuatu yang baru.

Namun, anda mungkin menginginkan penjelasan lebih detail mengenai bagaimana membangun sikap kreatif agar jauh lebih bisa menghindari dari masalah instanisme.

1. Memperbaiki Niat Dalam Belajar Menulis Buku

Banyak penulis pemula berkeinginan bukunya diterbitkan. Selalu ditolak penerbit, mereka menempuh jalur self publishing. Padahal, self publishing bukanlah solusi bagi pemula. Mengapa? Bila buku sudah jadi, apakah lantas bisa mendapatkan penjualan, populer? Ada beberapa tugas yang harus dijalankan sebelum memutuskan untuk self publihsing. Jadi, alangkah baiknya, anda memperbaiki niat menerbitkan buku.

Niat belajar menulis buku yang seperti apa yang bisa mendukung sikap kreatif? Kalau bukan berniat menghasilkan banyak buku, apalagi? Penulis pemilik banyak buku sebagai bukti bahwa ia kreatif. Cuma, anda jangan sekedar menulis banyak buku. Hal ini bisa memunculkan kejenuhan berkarya.

Mungkin, anda ragu mengenai kualitas buku yang anda buat sehingg banyak buku yang belum diterbitkan. Bila seperti ini, anda bisa memperdalam lagi bagaimana standar menulis buku dan kualitas isinya. Penulis ahli tidak akan meragukan kualitas tulisannya karena sudah tahu standarnya.

Lalu niat apa lagi? Seperti yang sudah disarankan, anda jangan hanya menulis banyak buku. Anda pun harus membangun brand diri anda yang sebagai penulis buku. Artinya, anda berniat berbagi imu dan karya untuk orang lain. Ingat! Masalah penerbitan buku berbeda dengan berbagi ilmu dan karya. Bila niat menulis bertujuan untuk berbagi, sekarang juga anda bisa memulai dengan mengandalkan media blog atau ebook.

2. Jangan Berfokus Pada Satu Jenis Skill Menulis

Pengambilan beberapa skill memang penting sesuai yang saya alami. Pertama, saya belajar menulis puisi. Saya menulis asal-asalan tentang puisi, tidak mematuhi aturan penulisan puisi. Buat saya, aktifitas menulis puisi lebih kepada upaya belajar menulis. Lagi pula, puisi mendasarkan pada keindahan tulisan. Lambat laun, saya terlatih membuat puisi yang terkesan indah, menurut saya. Kedua, saya belajar menulis cerita pendek sebagai langkah berikutnya. Saya berhasil membuat puluhan cerpen dengan kualitas yang mungkin masih di bawah standar. Bahkan, saya berhasil mengembangkan beberapa cerpen yang berasal dari puisi. Ketiga, saya melanjutkan terus kegiatan menulis dengan variasinya sampai berhasil membuat buku cerita novel.

Intinya, saya menguasai menulis puisi, cerpen, artikel esai, novel dan buku.

Banyak penulis yang mahir dalam satu sisi penulisan. Contohnya, salah satu teman saya mahir sekali merangkai kata untuk novel perdananya. Kebetulan, saya menjadi editor amatirnya. Ketika ada niatan menulis artikel esai, ternyata ia tidak menguasai sama sekali walaupun satu tulisan. Jelas, hal ini sebuah kekonyolan.

Di samping itu, kalau dilihat dari sikap kreatif, kegiatan menulis aneka jenis tulisan bisa mengurangi kejenuhan. Ada saja ide penulisan yang terlampiaskan karena ada beberapa jenis tulisan yang ditargetkan. Tulisan kreatif pun selalu hadir dengan target keahlian yang sudah ditentukan. Bayangkan bila anda hanya berfokus belajar menulis pada puisi, apakah anda tidak jenuh? Orang kreatif biasanya mudah jenuh pada hal yang monoton.

Hasilnya, anda akan dimudahkan dalam menulis buku. Mengapa? Karena itu tadi, anda menargetkan variasi menulis dalam belajar menulis buku. Karena selalu berkarya, tidak jenuh, anda bisa berhasil mengumpulkan ratusan halaman tulisan yang isinya cerita, puisi dan esai, misalnya.

3. Mengembangkan Pengetahuan, Skill Ilmu Da Pengalaman

Apa sih tujuan menulis? Tentunya, anda memberikan informasi. Bila tidak ada informasi, anda mau menulis tentang apa? Walaupun menulis novel hanya mengandalkan imajinasi, anda tetap membutuhkan informasi yang akan membenarkan imajinasi dalam novel. Anda bisa bisa sembarangan berimajinasi sehingga keluar dari kontek fakta yang ada. Begitu juga menulis cerita fiksi lainnya seperti cerpen atau naskah drama, tulisan imajinatif tetap mengandalkan informasi yang nyata.

Cerita pun berhubungan realita kehidupan. Bila mau belajar menulis buku cerita, tentu anda harus memperbanyak pengalaman yang mencerahkan. Memang, aktifitas membaca dan mempedalam pengetahuan bentuk dari pengalaman yang mencerahkan. Tetapi, saya tidak bermaksud seperti ini. Pengalaman yang saya maksud adalah menjelajahi berbagai warna kehidupan manusia dan alamnya yang bersifat mencerahkan. Artinya, anda mengunjungi kawasan wisata dan bisa nonwisata. Dari pengalaman inilah, anda bisa bisa berpikir kreatif. Alasannya, pengalaman baru memberikan pemikiran dan imajinasi baru.

Jadi, syarat mutlak bersikap kreatif dalam menulis adalah mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan skill ilmu. Pengetahuan lebih kepada teoritis. Sedangkan skill lebih kepada pengamalan ilmu. Tentu, pengalaman lebih kepada aktifitas menjalani kehidupan selayaknya manusia bebas.

Belajar Menulis Buku Harus Diawali Dengan Pembahasan Ringan Pemikiran

Terserah bagaimana pendapat anda. Yang jelas, belajar menulis buku yang diawali pembahasan ringan pikiran jauh lebih efektif membangun kemajuan dalam menghasilkan karya buku. Pembahasanringan pikiran pun bisa menyesuaikan dengan penilaian anda. Mungkin, anda menginginkan belajar menulis cerpen karena pembahasannya dianggap ringan pikiran. Bisa juga anda memilih tulisan ringan pemikiran berdasarkan nilai standar aturan tulisan. Antara menulis cerpen dengan menulis catatan harian tentu memiliki nilai aturan standar tulisan yang berbeda. Menulis sastra cerpen jauh lebih berat daripada menulis catatan harian. Maka dari itu, anda lebih memilih menulis catatan harian.

Sekali lagi, pembahasan ini bergantung selera anda saja. Sesuai fakta, setiap pemula selalu melangkah pada sesuatu yang dianggap ringan pikiran khususnya dalam hal belajar menulis buku. Alasanya, otak membutuhkan adaptasi. Adaptasi yang paling efektif adalah mengawalinya dengan langkah ringan, mudah, khususnya ringan menulis.

Urutan belajar menulis untuk fokus buku cerita seperti ini.

1. Belajar Menulis Lewat Catatan Harian Non Fiksi

Tidak banyak orang yang menyukai menulis catatan harian atau bisa disebut diary. Tetapi, saya tidak sedang memenuhi selera pasar penulisan. Saya hanya menginginkan membahas nilai standar aturan menulis buku catatan harian. Menulis buku catatan harian jauh lebih bebas dan ringan daripada cerpen atau karya sastra lainnya. Karena itu, menulis buku harian dianggap tahap awal terbaik dalam belajar menulis buku. Penulis buku catatan harian tidak dituntut aturan tertentu yang di luar dirinya. Penulis catatan harian memiliki aturannya sendiri. Di sinilah ladang bebas kreatifitas bisa diraih.

Pada akhirnya, anda akan menulis buku catatan harian seperti layaknya menulis buku cerita sastra seperti cerpen. Anda sudah membaca cerita Clara Oktavia di blog ini? Cerita Clara Oktavia menjadi salah satu contoh bagaimana menulis buku catatan harian berubah menjadi tulisan yang layak seperti cerita sastra.

Belajar menulis buku cerita lewat menulis catatan harian jauh lebih bisa berhasil daripada langsung ke menulis kelas berat. Asalkan, anda mau “menyelesaikan”. Itu saja.

2. Belajar Menulis Buku Fiksi Cerpen

Sekali lagi, langkah belajar menulis buku yang saya jelaskan bersifat opsional, bukan keharusan. Hal ini sesuai pengalaman saya sendiri.

Menurut saya, belajar menulis buku cerita dianjurkan lewat menulis fiksi cerpen. Kalau sudah terbiasa menulis buku catatan harian, apalagi catatan harian bergaya cerita, anda bisa menulis fiksi cerpen dengan mudah. Tetapi, kesulitan dalam pengembangan cerpen tetap selalu mengikuti dalam aktifitas menulisnya. Menulis cerpen lebih kepada membangun imajinasi yang “baru” sehingga mengalami suatu proses pengulangan. Tetapi, pengulangan proses imajinasi bermanfaat untuk menjadikan penulis cerita yang lebih berkualitas.

3. Belajar Menulis Buku Fiksi Novel

Pembahasan membuat buku berakhir pada penulisn fiksi novel, pada umumnya. Mengapa? Fiksi novel lebih identik dengan sebutan buku karena memiliki kesimpulan tersendiri ketika mengalami proses resensi. Memang, ada beberapa buku kumpulan cerpen. Tetapi, kumpulan cerpen bukan dianggap buku yang benar-benar buku. Maka dari itu, dalam belajar menulis buku cerita, anda harus berupaya sampai pada proses pembuatan fiksi novel.

Memang, menulis fiksi novel dianggap berat dalam segi konsentrasi, tenaga, waktu dan lainnya. Maka dari itu, anda bisa menulis novel berangkat dari pengalaman anda sendiri. Khususnya, anda bisa mengambil pengalaman soal cinta yang pernah anda alami. Lagi pula, belajar menulis novel cinta jauh lebih mudah karena referensinya banyak.

Belajar Menulis Buku Cerita dan Kaitannya Dengan Membaca Buku Cerita

Penulis tidak memiliki alasan untuk tidak membaca buku khususnya buku cerita dalam belajar menulis buku cerita. Walaupun informasi bisa didapatkan dimana saja, anda harus membaca buku. Bagi penulis, membaca buku bukan hanya untuk kebutuhan pertambahan informasi. Membaca buku memiliki tujuan untuk mempelajari berbagai hal dari wujud buku seperti tulisan, layout, tabel, gambar, dan sebagainya. Secara khusus, membaca buku cerita bertujuan mempelajari seluk-beluk cara menghadirkan cerita.

Mungkin, anda sosok penulis yang malas membaca buku. Ketahuilah, kemalasan ini bisa sebagai tanda bahwa anda belum mampu menulis buku. Bagaimana mau menulis buku kalau tidak bisa menyelesaikan buku bacaan? Apakah menulis buku lebih ringan dari membaca buku? Nah, bila anda sudah mengetahui logika perbandingannya, anda harus berupaya rajin membaca agar bisa menulis buku.

Karena anda berfokus belajar menulis buku cerita, buku cerita harus menjadi buku utama yang sebagai contoh untuk mendukung aktifitas belajarnya. Semakin banyak membaca buku cerita, anda akan semakin mudah untuk meniru pembuatannya.

Jangan Ragu Untuk Belajar Meresensi Buku Cerita Milik Sendiri

Anda perlu memperhatikan masalah resensi ini dalam proses belajar menulis buku cerita. Banyak penulis yang tidak bisa meresensi tulisannya sendiri. Apakah ini bukan sesuatu yang ironi, aneh? Seharusnya, penulis bisa meresensi tulisannya sendiri. Memang, tugas resensi berada di tangan orang lain. Tetapi, anda tidak dianggap salah bila meresensi tulisannya sendiri, menulis berdasarkan subjetif penulis sendiri. Peresensian karya tulis milik sendiri bertujuan untuk lebih mengenal tulisannya. Jangan sampai anda tidak bisa mengenali karya tulisnya sendiri. Jadi, menulis resensi tulisan sendiri harus menjadi perhatian penting.

Bila seperti itu, apakah boleh meresensi tulisan milik orang lain? Tidak ada orang yang melarang dalam hal ini, bahkan ini menjadi keharusan. Cuma, alangkah baiknya anda mengawali meresensi tulisan milik anda sendiri.

Pilihlah Mentor Belajar Menulis Yang Siap Membimbing

Pada akhirnya, belajar menulis buku cerita harus mengandalkan mentor alias pembimbing belajar menulis pada tahap profesionalnya. Anda jangan hanya mengandalkan informasi yang banyak beredar di internet yang bisa membingungkan pikiran anda. Memang, informasi tersebut bisa diandalkan sebagiannya. Tetapi, tanpa mentor belajar, anda seperti berjalan atas petunjuk jalan yang memiliki banyak cabang ke arah tujuan. Kalau ada mentor belajar, anda seperti berjalan pada arah terbaik yang sudah ditentukan sampai mencapai tujuan. Maka dari itu, pemilihan mentor belajar tidak bisa sembarangan atau hasil belajar akan sia-sia belaka.

Kesimpulan

Dalam belajar menulis buku, terpenting anda harus mau menyelesaikan menulis sampai memenuhi standar buku. Alangkah baiknya, standar bukunya bisa menyesuaikan dengan ketebalan buku novel. Masalah kualitas penulisan, anda bisa berusaha meningkatkan kualitas belajar menulis buku cerita. Dalam hal ini, anda membutuhkan mentor belajar yang bisa diandalkan.