Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Belajar Menulis dan Membaca Cerita Untuk Anak

Menulis cerita berbeda dengan menulis sebuah esai. Cerita masuk kategori fiksi, sedang fiksi adalah karangan non-fiksi.

Apakah anda pernah memikirkan bagaimana anak menulis dan membaca? Hal ini yang akan menentukan bagaimana belajar menulis dan membaca cerita untuk anak. Menurut anda, mana yang lebih dahulu, menulis atau membaca? Bila menulis terlebih dahulu, bagaimanakah si anak belajar menulis? Apakah langsung menulis per huruf atau membuat tulisan cerita? Kalau membaca terlebih dahulu, apakah si anak sudah memahami antara huruf pengucapan dan huruf tulisan? Apapun itu, belajar menulis dan membaca harus dipikirkan untuk melatih imajinasi si anak lewat kegiatan menulis dan membaca.

Sumber: mommiesdaily.com

Mari membahas persoalan belajar menulis dan membaca buku cerita yang mana berfokus untuk anak. Sekalipun untuk anak, pembahasan ini berfokus untuk orang dewasa. Anak tidak mungkin memabca artikel ini. Anda lah yang membaca untuk mengajari anak belajar menulis dan memabaca yang secara khusus dalam masalah buku cerita. dengan membahas persoalan belajar menulis dan membaca, anak akan menjadi orang yang berkulitas dalam literasi, entah dalam memproduksi tulisan atau mengkonsumsi bacaan buku.

Namun karena umur anak memiliki perbedaan yang membuat berbeda cara belajar menulis dan membacanya, saya akan menjelaskan cara belajar menulis berdasarkan umur anak. Tidak mungkin penjelasan menulis untuk anak umur remaja diperuntukkan untuk anak kecil walaupun bisa. Atau sebaliknya, anak kecil umur balita diberikan cara belajar menulis dan membaca yang khusus untuk anak usia remaja. Semua cara belajar menulis dan membaca harus disesuaikan dengan umurnya.

Di sini masih memiliki catatan. Materi belajar menulis dan membaca yang akan diajarkan pada anak adalah materi belajar menulis dan membaca buku cerita. Memang, anak kecil seharusnya dibebaskan dalam belajar menulis dan membaca. Tetapi pada faktanya, sebagian besar anak lebih menyukai tulisan dan bacaan yang bersifat cerita. Apalagi, tulisan cerita mengandung gambar, anak akan menyukai tulisan ini.

Fase Balita: Bebaskan Si Anak Belajar Menulis Dan Membaca Huruf

Pada fase ini, otak si anak sedang dalam kondisi emas. Dalam kondisi ini, sebagai orang tua, anda harus memperhatikan bagaimana anak memasukkan informasi. Semakin banyak si anak mengkonsumsi informasi negatif, maka itulah yang akan menjadi kepribadiannya. Semakin banyak si anak diberikan informasi positif, itulah yang juga akan menjadi kepribadiannya. Masalahnya, sebagian besar orang tua tidak memahami hal ini karena selama menempuh pendidikan, mereka tidak diajari bagaimana mengurus rumah tangga yang berkualitas. Apapun kondisi anda, si anak harus diperhatikan.

Seperti yang sudah anda ketahui, sebagian besar si anak tidak melakukan rutinitas belajar menulis dan membaca huruf. Padahal, di usia balita, kondisi otak si anak sedang berkembang sehingga harus dalam bimbingan. Apa yang mereka lakukan hanyalah aktifitas oral. Bila kondisi seperti ini dibiarkan, tidak mustahil bila mereka menjadi anak yang malas dalam literasi di saat menulis dan membaca dibutuhkan untuk kesuksesan anak. Kondisi abai pada aktifitas belajar menulis dan membaca harus dihindari. Sebagai orang tua, anda harus mengarahkan untuk terjun dalam dunia menulis dan membaca. Sekalipun seperti ini, anda harus tetap membebaskan anak dengan aktifitas yang selayaknya untuk umur anak.

Berikut langkah praktis bagaimana si anak belajar menulis dan membaca yang secara khusus bernuansakan cerita.

1. Belajar Menulis dan Membaca Dengan Bercerita

Bagaimana anak belajar menulis dan membaca bergantung bagaimana orang tua mengarahkan pengajarannya. Namun, sebagai anda harus memperhatikan kondisi si anak dalam mengarahkannya belajar menulis dan membaca. Anda harus melihat kasus umum bahwa si anak lebih menyukai cerita dan gambar. Kata kunci cerita dan gambar yang harus anda masukkan dalam proses belajar menulis dan membaca.

Ketika mengajari huruf A, bagaimana seharusnya anda mengajari anak dengan memadukkan cerita? Dalam hal ini, anda membantu si anak berimajinadi soal huruf A. Anda bisa membuat penjelasan bahwa A bisa diibaratkan gunung sekalipun si anak belum tahu gungung (ini sebagai pancingan pembelajaran). Si anak menulis huruf A dengan mengimajinasikan bentuk gunung yang sperti segitiga. Lalu anda bernyanyi naik-naik ke gunung tinggi sekali tanpa perlu selesai satu lagu. Setelah itu anak disuruh menjawab seputar gunung. Karena sudah diberi tahu soal A identik dengan gunung, anak akan mudah menjawab huruf yang mirip dengan gunung dengan membuka mulutnya. Lalu anda mengingatkan persoalan bunyi A yang membuat mulut terbuka lebar.

Lakukan cara seperti di atas secara berulang-ulang per hurug atau gabungan huruf. Tentunya, anak dibiarkan belajar menulis dan membaca. Kedua hal ini jangan sampai terpisahkan dalam pembelajaran metode bercerita.

2. Bimbing Anak Membaca Cerita

Anda perlu memahami bahwa mata bisa menyerap banyak informasi per detiknya. Informasi yang ada disimpan di pikiran bawah sadar. Ketika informasi dibutuhkan, pikiran bahwa sadar mengirimkan informasi ke pikiran sadar dalam bentuk intuisi. Studi kasus ini diambil dari peserta Baca Kilat yang dimentori Agus Setiawan. Para peserta bisa memunculkan informasi secara otomatis hasil membacakilat. Padahal, mereka melakukan pembacaan yang tidak dipahami alias membaca dengan teknik 1 Halaman Per Detik.

Bagaimana dengan aktifitas membimbing anak membaca cerita dengan mengkorelasikan pada pembahasan di atas? Tentunya, ini menjadi kasus yang sama. Mengapa? Si anak melihat tulisan ketika anda menuntun bacaan cerita. Secara otomatis, si anak beraktifitas membaca tulisan walaupun mereka belum pahan dan masih dalam bimbingan anda.

3. Biarkan Si Anak Beraktifitas Mencoret-Coret Tulisan

Anda perlu mengarahkan dalam coret-coretannya. Bila berkeinginan si anak belajar menulis, anda bisa mengarahkan si anak membuat tulisan tertentu dengan disertai gambar yang disukai si anak. Kebiasaan anak adalah mencoret-coret apapun yang ada di dalam pikirannya. Biasanya, mereka mencoret bukan dalam aktifitas menulis. Bila pikirannya terbayang gunung, mereka akan menggambar gunung. Jadi, anda perlu mengarahkan si anak untuk mencoret-coret huruf yang disertai imajinasi penggambaran lain yang menyertainya.

Fase Kanak-Kanak 5-11 Tahun: Bimbing Si Anak Agar Disiplin Belajar Menulis Dan Membaca Huruf

Walaupun sudah di atas balita, anak umur 5-11 masih dalam pengembangan otak. Mereka masih memiliki imajinasi bebas. Wajar bila banyak anak usia ini berminat bermain game. Game lebih mendukung imajinasi anak karena terdapat variasi gambar. Begitu juga buku komik, banyak anak kecil suka dengan buku bacaan ini. Maka dari itu, bimbing si anak dalam perkembangan otak ke arah kreatif-imajinatif lewat aktifitas belajar menulis dan membaca. Tentunya, aktifitas belajar menulis dan membaca masih melibatkan gambar-gambar.

1. Melatih Si Anak Membaca Cerita Bergambar

Bacan komik sebenarnya bagus untuk pengembangan otak. Maka dari itu, seharusnya, anda yang sebagai orang tua merelakan si anak yang hobi membaca komik. Bayangkan, usia masih kelas SD tetapi sudah rajin membaca sekalipun yang dibaca adalah komik. Ketika usia seperti ini sudah hobi membaca komik, ini bisa menjadi bekal ke depan dalam membaca yang lebih berat lagi seperti novel dan buku pengetahuan. Tentu, si anak seperti ini tidak lepas dari kedisiplinan orang tua mengajari si anak belajar membaca sejak balita.

2. Cobalah Untuk Mengaktifkan Si Anak Menulis Berbambar

Belajar menulis biasanya sering berkaitan dengan membaca buku. Ini artinya, belajar menulis berarti ada aktifitas menulis dan membaca. Berbeda bila belajar membaca saja. Si anak belum tentu beraktifitas menulis sekalipun si anak rajin membaca. Banyak orang rajin membaca tetapi dalam kondisi seperti ini. Apakah ada orang yang rajin menulis tetapi tidak rajin membaca? Bisa saja ada tetapi membaca tulisan karya sendiri sudah termasuk membaca. Jadi, tidak ada penulis tidak rajin membaca.

Masalahnya, banyak anak tidak mau beraktifitas menulis sekalipun sudah aktif membaca kelas komik. Bisa dipastikan, orang tua hanya melakukan kegiatan belajar membaca saja ketika anak masih berumur balita. Kondisi ini bisa saja membuat si anak berhenti membaca. Mereka bisa memiliki pikiran bahwa tidak banyak memiliki kegunaan sekalipun banyak membaca karena apa yang dibaca tidak diingat lagi. Padahal, bila anda mengarahkan anak untuk belajar menulis dan membacaźŸ·sekapun si anak tidak ingat lagi apa yang dibacaźŸ·ia tetap memiliki kenangan atas apa yang dibaca dengan melihat tulisan.

Maka anda bisa membimbing si anak agar rajin menulis. Tulisan yang bisa diarahkan adalah tulisan cerita, tulisan bergambar. Artinya, anda mengajari membuat tulisan yang disertai menggambar. Gampanya sih, si anak menulis seperti halnya pembuat komik. Ini yang bisa anda arahkan. Mengapa demikian? Si anak dalam usia 5-11 masih menyukai tulisan bergambar. Makanya, rata-rata buku anak lebih menonjolkan gambar-gambar.

Fase Remaja: Kemandirian Sudah Terbentuk Dari Hasil Belajar Menulis dan Membaca

Fase ini seharusnya si anak tidak tidak perlu disuruh untuk belajar menulis dan membaca. Mereka sudah bisa menulis dan membaca dalam standar tulisan dan bacaan.

Tetapi, untuk menulis lebih serius lagi sesuai jenis-jenis tulisan, mereka harus belajar lagi kepada ahlinya. Belajar jenis-jenis tulisan juga harus disertai banyak membaca yang akan mengisi penulisan sesuai jenis isi. Belajar menulis sesuai jenis tulisan harus dibimbing kepada ahlinya. Tidak semua penulis menguasai banyak jenis tulisan. Begitu juga anak anda, ia tidak bisa menguasai banyak jenis-jenis tulisan agar menjadikannya ahli. Memang, bisa saja anak anda mempelajari banyak jenis-jenis tulisan. Tetapi, ia tidak bisa menguasai banyak jenis tulisan.

Bukan itu saja, si anak pun harus memperdalam tingkat belajar membaca bukunya. Anak anda memang sudah bisa membaca. Tetapi, si anak masih harus belajar membaca pada tingkatan yang lebih tinggi. Bagaimana cara belajarnya? Cara belajar si anak yaitu membaca untuk memahami dan memahami untuk memberikan review atau buku. Bahkan, si anak harus belajar membaca dengan waktu yang cepat. Apalagi, sekarang era informasi yang membuat cepat perubahan informasi. Bila si anak belum belajar cara membaca cepat, ia bisa ditinggal informasi terbaru yang terus terbaru.

Maka dari itu, anak anda perlu diarahkan lebih serius lagi dalam aktifitas penulisan. Anda bisa mengarahkan anak untuk memilih beberapa jenis tulisan yang perlu didalami. Bila sudah seperti itu, si anak pun harus diarahkan dalam pemilihan buku-buku bacaan. Ketika sudah, anak hanya memperdalam saja agar menjadi ahli dalam menulis dan dan berpengetahuan dalam hal tertentu.

Namun disini, si anak sebenarnya sudah diarahkan untuk memperdalam dunia cerita. Anggap saja, si anak sudah memilih jenis-jenis tulisan yang berhubungan dengan dunia cerita. Bila seperti ini, si anak perlu memperhatikan ini.

1. Belajar Menulis Cerita Fiksi Dan Juga Nonfiksi

Arti belajar menulis cerita adalah belajar menulis yang tidak berfokus pada menulis fiksi. Anak harus belajar menulis cerita nonfiksi juga. Menulis fiksi lebih kepada tema cerita berdasarkan pengalaman yang kemudian difiksikan. Hal ini kebalikan dari cerita nonfiksi. Cerita fiksi bisa berbentuk cerpen, novel, atau komik. Buku cerita anak juga ada yang berbentuk fiksi. Bagaimana dengan buku nonfiksi? Buku fiksi lebih kepada buku biografi, catatan harian, atau buku sejarah. Hanya saja, buku cerita nonfiksi bukan melulu cerita yang berdasarkan fakta walaupun tidak menyengaja memfiksikan.

2. Belajar Menulis Cerita Berkepentingan Karir

Agar anak anda semangat belajar menulis, anda harus mengarahkan anak anda menulis untuk kepentingan karir. Karir yang bagaimana bila berhubungan dengan menulis cerita? Memang, penulis cerita sulit menempuh jalir karir kecuali dalam mengajar bahasa dan sastra. Kemampuan menulis cerita hanya untuk kebutuhan membuat buku. Itu pun kalau laku dipasan. Novel bermutu belum tentu laku diparan. Tetapi, walau begitu, anda tetap mengarahkan si anak menulis untuk kebutuhan, kepentingan karir. Bisa jadi, suatu saat, anak anda akan menjadi guru.

3. Rajin Membaca Buku Kepentingan Menulis Cerita

Bagaimana anak anda bisa menulis dengan baik bila tidak pernah membaca buku khususnya buku cerita? Anak anda harus rajin membaca dengan teknik membaca yang sudah dipelajari. Ketika sudah rajin membaca buku, si anak bisa memahami tulisan yang dibacanya dan bagaimana cara menulis yang bisa dipahami. Bukan hanya ini saja. ketika penulis memiliki pengetahuan yang luas, ia akan dengan mudah mengisi cerita dengan

Anda perlu tahu, penulis bisa memahami tulisan dirinya sendiri. Tetapi, ketika dihadapkan dengan tulisan orang lain, si penulis bisa jadi tidak banyak dalam memahami buku yang dibaca. Mengapa demikian? Mereka tidak banyak membaca tulisan orang lain. Kondisi seperti ini harus diatasi. Bila sudah bisa mengatasi, bahkan bisa menyimpulkan banyak buku alias membuat resensi, penulis sudah dikatakan ahli memahami buku. Ini bekal untuk kepentingan menulis khususnya menulis buku.

Pertanyaannya, apakah setiap waktu harus membaca cerita? Sebagian besar kegiatan membaca justru harus di luar buku cerita kecuali cerita nonfiksi. Terpenting, anda sudah bisa memahami buku cerita bahkan membuat resensi bukunya. Mengapa lebih memfokuskan ke buku non cerita? Justru cerita akan berbobot bila anda banyak membaca buku di luar buku cerita.

4. Merutinkan Untuk Mencatat Pengalaman

Banyak pengalaman, penulis aka semakin banyak mendapatkan ide cerita. Apalagi, pengalaman yang penulis lakukan lebih ke pengalaman yang berkualitas bagus. Tetapi, pengalaman itu tidak akan lama terkenang dalam pikiran. Bila penulis tidak mencatat, pengalaman itu bisa jadi akan banyak yang menghilang dari ingatan. Jadi setiap menemukan pengalaman menarik harus ditulis. Menulis diary atau jurnal sendiri adalah kegiatan yang sudah dilakukan banyak orang.

5. Mengilustrasikan Atas Tulisan

Pembahasan ini pekerjaannya para komikus, para pembuat buku anak. Nah, walaupun anda seorang penulis, kegiatan menggambar yang sudah dilakukan sejak kecil seharusnya tidak ditinggalkan. Kegiatan menggambar seharusnya menjadi bagian penting juga seperti halnya menulis cerita. Alasanya, menggambar dan menulis cerita masih bisa berkaitan. Apalagi, anak anda mau terjun dalam dunia buku cerita anak dan komik, anda harus mengarahkannya dalam aktifitas belajar menulis dan menggambar.